Dalam budaya Jawa, acara tujuh bulanan atau yang dikenal dengan istilah Mitoni atau Tingkeban, bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga sarat makna dan kepercayaan turun-temurun. Acara ini dilaksanakan saat usia kehamilan memasuki bulan ke-7 (sekitar 28 minggu), yang dianggap sebagai momen penting dalam perkembangan janin dan persiapan spiritual orang tua menyambut kelahiran.
Keyakinan di Balik Tradisi 7 Bulanan
1. Usia 7 Bulan adalah Titik Aman
– Dalam kepercayaan Jawa, usia 7 bulan dianggap sebagai titik aman karena organ tubuh janin diyakini sudah terbentuk sempurna.
– Masyarakat percaya bahwa roh atau sukma bayi sudah “turun” sepenuhnya ke dalam tubuh, sehingga perlu dilakukan upacara untuk menyambut dan melindunginya.
2. Menolak Bala dan Gangguan Gaib
– Salah satu tujuan utama Mitoni adalah untuk melindungi ibu dan bayi dari gangguan makhluk halus atau energi buruk.
– Penggunaan air dari tujuh sumber mata air dalam prosesi siraman melambangkan penyucian dan penangkal bala.
– Bunga setaman dan kemenyan kadang digunakan untuk menciptakan suasana spiritual yang tenang dan bersih dari energi negatif.
3. Simbol Doa untuk Persalinan yang Lancar
– Ritual seperti pecah telur di perut ibu, atau prosesi “brojolan” (menjatuhkan kelapa dari perut ibu) melambangkan harapan agar bayi “keluar” dengan lancar saat lahiran.
– Memotong janur (daun kelapa muda) yang diikat di perut ibu juga melambangkan keterbukaan jalan lahir dan dukungan spiritual dari sang suami.
4. Penentuan Jenis Kelamin Secara Simbolik
– Dalam prosesi pecah kelapa yang digambar tokoh wayang (Kamajaya atau Dewi Ratih), masyarakat percaya bahwa bentuk pecahan dapat menunjukkan jenis kelamin bayi.
– Meskipun ini hanya simbolis, kepercayaan ini masih sering dilakukan dalam acara Mitoni sebagai bagian dari tradisi.
5. Angka Tujuh sebagai Simbol Kesakralan
– Angka tujuh diyakini memiliki nilai magis atau spiritual tinggi dalam budaya Jawa. Oleh karena itu:
– Siraman dilakukan oleh 7 orang.
– Ibu hamil memakai 7 kain batik (jarik) berbeda.
– Ada 7 macam bunga, 7 macam rujak, dan 7 macam tumpeng.
– Tujuh dianggap sebagai simbol kesempurnaan, perlindungan, dan keberkahan.
6. Menjaga Perilaku Selama Hamil
– Masyarakat Jawa meyakini bahwa selama kehamilan, ibu harus menjaga ucapan, perilaku, dan emosi, karena apa yang dirasakan atau dilakukan ibu akan memengaruhi kondisi bayi.
– Larangan makan makanan tertentu, tidak boleh beraktivitas terlalu berat, dan dianjurkan sering berdoa atau membaca doa-doa khusus.
Inti Kepercayaan: Antara Spiritualitas dan Sosial Budaya:
Kepercayaan masyarakat Jawa dalam acara tujuh bulanan tidak hanya bertujuan mistis, tetapi juga sebagai wujud rasa syukur dan permohonan doa agar ibu dan bayi sehat selamat hingga proses persalinan. Selain itu, acara ini memperkuat ikatan sosial keluarga, mendorong kerukunan, dan menanamkan nilai-nilai spiritual kepada calon orang tua.
`
Kesimpulan
Bagi masyarakat Jawa, Mitoni bukan sekadar acara adat melainkan penggabungan antara kepercayaan, spiritualitas, dan budaya dalam menyambut kehidupan baru. Meskipun zaman terus berubah, makna-makna simbolis dan kepercayaan ini tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya yang dijunjung tinggi hingga kini.