Keunikan Rasa Lempok Durian Manis Legit dari Tanah Kalimantan

By | 30 Juli 2025

Durian dikenal sebagai “raja buah” di Asia Tenggara, dan di Kalimantan, buah ini tidak hanya dimakan langsung, tetapi juga diolah menjadi makanan khas yang sangat digemari: lempok durian. Makanan tradisional ini berasal dari daerah Kalimantan Barat, khususnya Pontianak dan sekitarnya, dan telah menjadi oleh-oleh khas yang banyak diburu wisatawan.

Apa Itu Lempok Durian?
Lempok durian adalah olahan durian yang mirip dengan dodol, namun dengan proses dan bahan yang lebih sederhana. Lempok dibuat dari:
– Daging durian matang
– Gula pasir
– Sedikit garam (kadang-kadang)
Semua bahan tersebut dimasak dalam waktu yang lama hingga mengental dan berubah warna menjadi cokelat gelap. Hasilnya adalah makanan legit, kenyal, dan tahan lama.

Keunikan Rasa Lempok Durian: 
Yang membuat lempok durian begitu khas adalah rasa autentik duriannya yang tetap kuat meski telah dimasak berjam-jam. Berikut beberapa ciri keunikan rasa lempok durian:
– Manis legit alami: Manisnya berasal dari kombinasi gula dan durian matang, tanpa pemanis buatan.
– Aroma khas durian: Meski sudah melalui proses pemasakan, aroma tajam durian tetap terasa kuat dan menggoda.
– Tekstur kenyal padat: Teksturnya mirip dodol, namun lebih padat dan berserat karena berasal langsung dari daging buah durian.
– Rasa tahan lama di lidah: Lempok memberikan sensasi rasa yang ‘nempel’, bahkan setelah beberapa saat dikunyah, rasa legit dan lemak alaminya masih terasa.

Perbedaan dengan Dodol Durian
Banyak yang menyamakan lempok dengan dodol durian, tapi sebenarnya ada perbedaan mendasar:
– Dodol durian umumnya dicampur dengan santan dan tepung ketan.
– Lempok durian hanya menggunakan daging durian dan gula, sehingga rasanya lebih murni dan teksturnya lebih berserat.

Cita Rasa Budaya Lokal:
Lempok bukan sekadar camilan. Ia mencerminkan cara masyarakat Kalimantan mengawetkan hasil panen durian secara alami tanpa bahan pengawet. Selain itu, pembuatannya masih banyak dilakukan secara tradisional, menggunakan tungku kayu dan diaduk terus-menerus selama berjam-jam  menunjukkan dedikasi dan kesabaran dalam menjaga warisan kuliner daerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *