Mendaki gunung bukan hanya soal petualangan dan tantangan fisik, tetapi juga berkaitan erat dengan etika, kearifan lokal, dan kepercayaan masyarakat sekitar. Di Indonesia, banyak gunung yang dianggap sakral dan memiliki cerita-cerita mistis yang berkembang dari generasi ke generasi. Meskipun tidak semua orang mempercayainya, mitos dan larangan saat mendaki gunung sering kali dijadikan pedoman agar pendaki lebih berhati-hati, menghormati alam, dan menjaga keselamatan.
1. Jangan Mengucapkan Kata-Kata Kasar atau Sembarangan
Mitos yang paling dikenal adalah larangan untuk berkata kasar atau sembarangan saat berada di gunung. Gunung dianggap sebagai tempat yang suci atau “berpenghuni”, sehingga berkata sembarangan bisa dianggap tidak sopan oleh “penjaga” alam tersebut.
– Alasannya: Selain secara budaya dianggap tidak sopan, berkata kasar juga bisa menurunkan semangat tim, memicu konflik, atau mengundang hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tersesat atau cuaca mendadak buruk.
2. Jangan Memisahkan Diri dari Rombongan
Ada mitos bahwa jika seseorang memisahkan diri dari rombongan, maka ia bisa “disembunyikan” oleh makhluk gaib di gunung.
– Alasannya: Ini adalah bentuk kearifan lokal yang sebenarnya mengajarkan pentingnya kebersamaan dan keamanan. Tersesat adalah salah satu risiko terbesar saat mendaki. Maka dari itu, larangan ini sangat relevan secara logika dan keselamatan.
3. Dilarang Mengambil Benda Apa Pun dari Gunung
Beberapa pendaki pemula sering kali tergoda untuk mengambil batu, bunga, atau benda lainnya sebagai kenang-kenangan. Namun, ini sangat dilarang di banyak gunung.
– Mitos: Mengambil benda dari gunung bisa membawa “ikut serta” makhluk halus atau energi negatif.
– Faktanya: Mengambil benda dari gunung melanggar prinsip “Leave No Trace”, yaitu jangan merusak atau mengambil apa pun dari alam.
4. Jangan Memakai Pakaian Merah
Beberapa gunung di Indonesia, seperti Gunung Merapi atau Gunung Lawu, memiliki mitos bahwa warna merah bisa menarik perhatian makhluk halus.
– Alasannya: Walaupun tidak terbukti secara ilmiah, larangan ini menjadi bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal dan bisa membantu menciptakan rasa aman secara psikologis bagi sebagian orang.
5. Tidak Boleh Sombong atau Meremehkan Alam
Bersikap arogan, menganggap gunung sebagai tempat uji nyali semata, atau meremehkan medan pendakian adalah sikap yang sering kali diingatkan untuk dihindari.
– Mitos: Gunung akan “menghukum” orang yang sombong.
– Faktanya: Gunung memiliki cuaca yang cepat berubah dan jalur ekstrem. Sikap meremehkan bisa berakibat fatal, baik karena kurang persiapan maupun pengambilan keputusan yang buruk.
Kesimpulan:
Mitos dan larangan saat mendaki gunung bukan semata-mata untuk menakut-nakuti, melainkan bentuk pengingat agar manusia tetap rendah hati, menghormati alam, dan menjaga keselamatan. Terlepas dari Anda percaya atau tidak terhadap hal-hal gaib, menjaga sikap, etika, dan kebersamaan saat mendaki adalah hal yang mutlak.