Suku Tengger: Kehidupan Masyarakat di Dataran Tinggi Bromo

By | 8 Desember 2024

Suku Tengger adalah kelompok masyarakat adat yang tinggal di kawasan Dataran Tinggi Bromo, Jawa Timur, Indonesia. Mereka terkenal karena kehidupan tradisionalnya yang masih sangat kental, serta budaya dan adat istiadat yang unik. Nama “Tengger” berasal dari nama pahlawan lokal, Raden Senopati, dan digunakan untuk merujuk pada masyarakat yang mendiami daerah sekitar Gunung Bromo dan Gunung Semeru.

Sejarah dan Asal Usul

Asal usul Suku Tengger berkaitan erat dengan sejarah kerajaan Majapahit. Diceritakan bahwa setelah runtuhnya Majapahit, beberapa pengikut kerajaan yang setia tetap tinggal dan mempertahankan tradisi mereka di daerah pegunungan. Masyarakat Tengger kemudian dikenal sebagai keturunan dari para pahlawan Majapahit, dengan nilai-nilai keberanian dan kesetiaan yang tinggi.

Kebudayaan dan Adat Istiadat

Suku Tengger memiliki budaya yang kaya dan beragam, dipengaruhi oleh kepercayaan Hindu dan Islam. Beberapa aspek penting dari kebudayaan Suku Tengger antara lain:

  1. Upacara Adat: Salah satu upacara terpenting dalam budaya Tengger adalah Upacara Yadnya Kasada. Upacara ini diadakan setiap bulan Kasada (bulan ke-10 dalam penanggalan Jawa) di mana masyarakat Tengger memberikan persembahan kepada dewa-dewa dan leluhur mereka dengan cara melemparkan hasil pertanian dan makanan ke dalam kawah Gunung Bromo. Upacara ini menarik banyak wisatawan dan merupakan salah satu daya tarik pariwisata di daerah tersebut.

  2. Pakaian Tradisional: Pakaian tradisional Suku Tengger mencerminkan identitas mereka. Laki-laki biasanya mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang, sementara perempuan mengenakan kebaya dan selendang. Warna-warna cerah dan motif khas sering terlihat pada pakaian mereka.

  3. Bahasa: Masyarakat Tengger menggunakan bahasa Jawa Tengger, yang merupakan dialek dari bahasa Jawa. Bahasa ini menjadi alat komunikasi sehari-hari dan merupakan bagian penting dari identitas budaya mereka.

Mata Pencaharian

Masyarakat Tengger umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Beberapa komoditas utama yang ditanam meliputi sayuran, padi, dan buah-buahan. Selain itu, mereka juga menggembala ternak seperti sapi, kambing, dan domba. Pariwisata juga menjadi sumber pendapatan penting bagi masyarakat Tengger, terutama karena keindahan alam kawasan Bromo yang memikat banyak pengunjung.

Kepercayaan dan Agama

Mayoritas masyarakat Tengger menganut agama Hindu, namun banyak di antara mereka juga terpengaruh oleh ajaran Islam. Agama dan kepercayaan ini berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, terlihat dari pelaksanaan upacara dan tradisi yang berkaitan dengan keagamaan. Masyarakat Tengger menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan menghormati leluhur mereka, serta percaya akan kekuatan alam dan roh-roh yang menghuni tempat-tempat tertentu.

Tantangan dan Perkembangan Modern

Suku Tengger, meskipun kaya akan tradisi, menghadapi berbagai tantangan di era modern. Modernisasi dan perkembangan pariwisata membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat. Beberapa penduduk mulai meninggalkan tradisi untuk mengejar peluang ekonomi yang lebih baik, yang terkadang berdampak pada pelestarian budaya mereka.

Namun, masyarakat Tengger berupaya menjaga dan melestarikan adat istiadat serta budaya mereka meskipun di tengah arus perubahan. Mereka terus mengadakan upacara tradisional dan mengajarkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda.

Kesimpulan

Suku Tengger merupakan contoh masyarakat adat yang berhasil mempertahankan tradisi dan budaya mereka di tengah perubahan zaman. Keunikan budaya, upacara, dan cara hidup mereka menjadi daya tarik tersendiri, baik bagi wisatawan maupun bagi mereka yang ingin memahami kekayaan budaya Indonesia. Dengan upaya pelestarian dan penghormatan terhadap adat istiadat, masyarakat Tengger diharapkan dapat terus menjaga identitas mereka untuk generasi mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *